Menulis naskah
drama ternyata begitu menyenangkan. Teman – teman sekalian tentunya pasti
pernah melihat drama di tv bukan? Nah,
lalu sebenarnya gimana sih langkah – langkah menulis naskah drama?
Kali ini saya akan
menjelaskan caranya buat teman – teman...
Dan saya juga buat
contoh naskah drama dari hasil karangan kelompok drama kami nih dengan judul BROKEN HOME,
sutradaranya saya sendiri sebagai penulis juga hehehehe.
Langkah-
langkah Menulis Naskah Drama
1. Tentukan ide cerita
1. Tentukan ide cerita
Ide
cerita atau tema merupakan gambaran cerita secara umum. Pada dasarnya, ide
cerita berupa sebuah konflik. Bukankah setiap cerita berisi konflik? Kalau
tidak ada konflik, maka bisa dipastikan cerita itu akan membosankan. Ide cerita
bisa didapatkan dari kehidupan sehari-hari, cerpen, novel, cerita rakyat, film,
dan sebagainya. Misalnya, tentang pergaulan bebas yang terjadi pada remaja
sekarang.
2. Membuat Sinopsis Cerita
Setelah
teman – teman udah tau ide ceritanya, tuangkan tema atau tuliskan ide cerita
tersebut dalam sinopsis pendek. Sinopsis ini bertujuan untuk mengetahui
jalannya cerita atau drama nantinya atau dengan kata lain sinopsis berisi
gambaran umum dari ide cerita yang sudah didapat. Ceritakan peristiwa yang
terjadi yang menjadi sumber cerita. Dari situ dapat diketahui, peristiwa apa
saja yang terjadi.
3. Mulai menulis Naskah
Yupzz,
semua sudah tersedia! Setelah ide cerita
lalu sinopsis maka teman- teman tinggal menuliskannya saja. Tuliskan saja apa
yang terpikir pertama kali di kepala. Jangan khawatar salah. Tuangkan apa yang ada dipikiran kamu. Cerita
itu mungkin bisa saja menjadi menarik jika kamu menuangkan segala curahan
pikiran kamu. Dan masih ada waktu untuk merevisi. Yang penting sekarang
tuliskan saja berdasarkan sinopsis yang sudahdibuat.
4.
Perbaiki naskah yang telah dibuat atau revisi naskah
Setelah
selesai menulis, kini saatnya memperbaiki. Mulai dari ejaan, tanda baca, hingga
masalah ide cerita. Mungkin saat merevisi drama yang telah dibuat ide lain yang
lebih unik untuk membuat naskah menjadi lebih baik akan muncul. Cerita bisa
berkembang dan berubah sesuai dengan berkembangnya pemahaman. Tidak masalah
karya kita jelek, toh kita bisa menulis lagi yang baru dan lebih bagus..
Okaay
J
ini adalah Naskah Drama Kami dengan sutradara adalah Atria Utami, saya sendiri
hahaha....
Ini
adalah drama yang menceritakan realita keluarga orang kaya yang tak mampu hidup
harmonis karena harta menjadi segala – galanya buat mereka. Dan bahasa yang
saya gunakan pun seperti bahasa seharu- hari seperti gaya bahasa di kehidupan
saya.... Selamat membaca ya guys J
BROKEN HOME
Atria Utami sebagai
Mama
Musa Banjarnahor
sebagai Papa
Puspasari Pasaribu
sebagai Sally, (pacar Yosef dan sekaligus selingkuhan Papa)
Sri Sartika
Silalahi sebagai Nina,teman sekelas
Yosef
Tasbita Arini
sebagai Bu Rini (Guru Fisika sekaligus wali kelas)
Y.Y Hamonangan
sebagai Tigor, (teman Yosef sekaligus
Bandar narkoba)
Yosef Zebua sebagai
Deni.
Realita kehidupan sebuah keluarga konglomerat
bergelimang harta yang di pandang masyarakat sebagai keluarga yang rukun dan
harmonis. Namun, di sisi lain harta tidak menjadikan keluarga itu hidup rukun
sperti keluarga lain. Seorang anak lelaki
bernama Deni, dari keluarga
konglomerat itu bahkan terjerat dalam pergaulan bebas akibat Mama dan
Papanya yang tidak mau peduli dan jarang memperhatikannya. Sementara itu,
mamanya selalu pergi arisan, shopping, ke salon, dan berkumpul bersama
teman-temannya. Ayahnya juga hampir tak pernah punya waktu di rumah, selalu
pulang larut malam karena pekerjaannya. Percekcokkan menjadi bumerang dalam
jiawanya.
Kehidupan pahit itu yang membuat Deni bosan tinggal rumah dan mencari kesenangan sehingga ia menjadi meraja lelah dengan semakin dekatnya dia dengan temannya, Tigor yang sekaligus bandar narkoba.
Kehidupan pahit itu yang membuat Deni bosan tinggal rumah dan mencari kesenangan sehingga ia menjadi meraja lelah dengan semakin dekatnya dia dengan temannya, Tigor yang sekaligus bandar narkoba.
Pagi hari sebelum kelas dimulai....
Sally (Puspa) : “Pagi....( menyapa yosef dengan senyum sumringah) Oh iya
(menepuk jidatnya) Aduhh pr fisikaku belum siap. Kau udah siap Den ? Bagi contekaan dong honey...”
Deni (Yosef) : “PR?? aku mana
pernah siap.” (menjawab sabil acuh tak acuh) “Udah.... tenang aja kan tinggal
minta sama si Nina.” (mata dan tangannya sibuk pada poselnya)
Sally (Puspa) : “Iya ya ngapain
bingung. Selama ada si culun itu kita pasti amanlah...” (sambil mengikuti irama
dari headset yang didengarnya)
Nina pun memasuki kelas dengan tampang lugunya sambil memperbaiki letak
kacamatanya. Kemudian duduk ke kursinya.
Deni (Yosef) : “Akhirnya yang
ditunggu-tunggu datang juga.”(sambil mengarahkan dagunya kearah kedatangan
Nina)
Deni pun berjalan mendekat ke meja Nina yang lagi asyik membaca buku.
Deni (Yosef) : “Heh Nina! (sambil memukul meja Nina) Pr Fisikamu mana?
Udah siapkan? Sini aku mau liat” ( menengadahkan tangan ke arah Nina dengan
tatapan sombongnya)
Nina (Sri) : “Tapi...”
(sedikit gemetaran dan takut).
Deni ( Yosef) : “Apa??”
(tatapan tajam dan melotot ke arah Nina). Udah gak usah banyak ngomong. Sini
pr mu.
Nina yang ketakutan pun memberikan
buku fisikanya kepada Deni.
Deni (Yosef) : “Gitu dong...”
(kemudian berlalu dari hadapan Nina)
Sally (Puspa) : “Hhahaha rasain
! Dasar culun...culun “( tertawa mengejek ke arah Nina)
Beberapa saat kemudian bel sekolah pun berbunyi. Semua murid mulai duduk di
kursinya masing-masing. Dan semua guru mulai memasuki kelas...
Bu Rini : “Pagi anak-anak..!”
Murid : “Pagi bu..!”
Bu Rini : “Tugas yang ibu kasih kemarin udah siap kan?”
Yosef : “Udah pasti bu! (menjawab dengan
semangatnya)”
Bu Rini : “Kalau begitu, kumpulkanlah buku PR kalian.”
Semua murid pun mengumpulkan buku mereka kedepan. Kemudian, kembali ke meja
mereka masing-masing.
Bu Rini : Nah, Yosef sekarang coba kau kerjakan soal nomor satu
kedepan (sambil memberikan spidol pada Deni)
Deni (Yosef) : “Sa..saya bu?
Tapi...” (jawab Deni sambil terbata-bata)
Bu Rini (Tasbita) : “Loh, kenapa? Bukannya
kau tadi yang paling semangat menjawab ketika ibu tanya?.”
Deni (Yosef) : “Bukan begitu
bu. Saya... saya.. lupa caranya bu.” (Deni mulai kebingungan)
Siswa : “Huuuuu......”
(mencibir dan tertawa ke arah Deni)
Semua siswa menertawakan Deni yang wajahnya merah karena malu.
Bu Rini (tasbita) : “Alasanmu
sajanya itu, Ibu tahu kau itu orangnya pemalas. Ayo maju ke depan. Nina bantu
Deni mengerjakan soal nomor satu.” (menyuruh Sri untuk mengajari Deni)
Deni dan Nina pun maju kedepan. Dan Sally pun menatap mereka dengan sinis
penuh rasa cemburu.
Sally (Puspa) :
“Nina..nina.. ninaa lagi. Kenapa harus dia bu?”
Bu Rini (Tasbita) :
“Kenapa Sally? Ya udah kau ajalah yang maju menggantikan Nina di depan itu.”
Sally (Puspa) :
“Enggak bu.” (sambil menunduk malu
Di
depan kelas tampak dan Sri sedang
berdiskusi. Setelah selesai merekapun kembali duduk ke meja. Dan Bu Rini
kembali melanjutkan pelajaran mereka. Setelah sampai beberapa menit kemudian
bel sekolahpun berbunyi menandakan waktu istirahat.
Sally (Puspa) :
(mendekat ke arah meja Deni) “Den, ngapain tadi kamu sama si kutu buku itu?
Udah gitu dekat kali lagi dah..”
Deni (Yosef) :
“Cuma ngerjain soal aja kok. Sudah-sudah...gak usah jelous.. Udah jelas- jelas kamu itu yang nomor satu di
hati. Tenang aja” ( berusaha merayu Sally) “Si culun itu gak ada apa-apanya
dibanding kamu kok. Udah lah... (berusaha meyakinkan Sally).
Sally (Puspa) :
(sambil memutarkan matanya) “Ya iyalah Sally gitu loh... ( tersenyum sinis) Udah ah, aku lapar. Makan di kantin yok...”
Deni : “Oke honey, ayookk.”
Deni dan Sally pun berjalan keluar kelas.
Haripun
berlalu, kini murid-murid SMA itu
berpulangan ke rumah mereka masing-masing. Sedangkan Deni masih berdiri di
depan gerbang menunggu seseorang yang bernama Tigor.
Deni (Yosef) :
“Eh, Tigor... nanti malam kita jalan ke club yaa man disko broo...Singpusing
suntuk kali aku hari ini...”
Tigor (Monang) :
“Oke pokoknya kita pesta malam ini. Eh, aku ada barang bagus juga untukmu. Yang
ini kau pasti suka. Galon eh galau mu itu ku jamin hilang kalo udah kau rasakan
nih barang.”
Deni ( yosef) :
“Barang apa yang kau bilang sekarang? Gak ngerti aku..” (merasa bingung)
Tigor ( Monang) :
“Udah, tenang aja lah kau. Nih (sambil memberikan plastik kecil yang
dipegangnya sedari tadi). Pokoknya kau bakalan fly man... Enjoy aja”(bergaya
seperti orang sedang sakau)
Deni ( Yosef) :
“Bah. Ini kan....” (agak terkejut dan sedikit berteriak)
Tigor (Monang) :
“Husss... pelan-pelan kalo ngomong. Ketahuan, kita dead bro. Pokoknya kalo
kurang hubungi aku aja. Sms.... sms. Tapi ingat ada ini (sambil bergaya
menirukan hitungan lembaran uang) ada barang. Hepeng broo...”
Deni (Yosef) :
“Masalah uang bereslah itu.” (sambil mengerdipkan mata ke arah Tigor)
Tigor ( Monang) :
“Oke. Cabut dulu lah aku den. Selamat bersenang-senag lah kawan..”
Deni pun segera
pergi dengan jalan tergesa-gesa ke rumahnya. Sesampainya dirumah ia mendapati
bibinya sedang membersih-bersihkan rumah.
Deni (Yosef) :
“Bi, mama sama papa mana bi..?”
Beberapa saat kemudian terdengar suara keributan di
kamar orangtuanya.Deni pun langsung tahu bahwa orangtuanya sedang bertengkar.
Deni
: (berkata dalam hati)” Ahh... lebih baik gak usah pulang... kalo pulang bikin
ribut tambah pusing aja. Mending sekarang aku nge- fly aja...”( sambil
mengeluarkan bungkus plastik kecil dari Tigor)
Sementara di kamar..
Mama (Atria) :
(sibuk berdandan) Halo?Iya, Eda. Sebentar lagi nyusul nih. Shopping dulu tong kita da’. Mau nyuci mata dulu aku da’
sekalian beli yang baru.. ( sambil tertawa)Iyaa.. iya habis itu ke salon lah
kita. Pokoknya have fun lah kita. Capek di rumah bikin stress.” (sambil
bertelepon).
Sesaat kemudian, Mama pun keluar dan sedikit mengobrol
denga Deni saat bertemu di ruang tamu.
Mama (Atria) :
“Udah pulang Den ? kalau mau makan bilang sama bibi aja ya.” Kalu butuh apa –
apa minta sama bibi aja. Nih uang jajan buat mu.” (menyodorkan beberapa lembar
uang seratus ribu)
Deni (Yosef) : “Mama mau ke mana ma’?”
Mama (Atria) : “Ini urusan orang tua, jadi kau gak perlu tau?”
(Menuju ke luar,meninggalkan Deni)
Beberapa jam kemudian, mama pun pulang dengan seabrek-abrek belanjaan.
Deni (Yosef) : “Mama mau ke mana ma’?”
Mama (Atria) : “Ini urusan orang tua, jadi kau gak perlu tau?”
(Menuju ke luar,meninggalkan Deni)
Beberapa jam kemudian, mama pun pulang dengan seabrek-abrek belanjaan.
Malamnya Deni duduk di ruang tamu. Semntara papa dan
mamanya belum pulang. Hingga beberapa saat kemudian, mamanya pulang dengan
seabrekan barang belanjaan.
Mama : “Malam sayang, papa belum pulang ya..? (sambil duduk di samping Deni)”
Yosef : “Gak tau. (sambil mengangkat bahunya) Mama ini kan istrinya. Masak gak tau?
Mama : (Mengalihkan pembicaraan)”lihat nih . Mama baru aja beli baju baru. Cantikkan buat mama?” (sambil memperlihatkan gaun tersebut.”
Mama : “Malam sayang, papa belum pulang ya..? (sambil duduk di samping Deni)”
Yosef : “Gak tau. (sambil mengangkat bahunya) Mama ini kan istrinya. Masak gak tau?
Mama : (Mengalihkan pembicaraan)”lihat nih . Mama baru aja beli baju baru. Cantikkan buat mama?” (sambil memperlihatkan gaun tersebut.”
Deni tidak sedikitpun memperhatikan mamanya dengan
baju barunya.
Mama (Atria) :
“Oh iya (mengeluarkan sesuatu dari tas belanjaannya). Mama juga beli baju baru
buat mu Deni. Nih, sepatu juga mama beli sayang. Ini merek paling bagus dan
mahal. Kata penjualnya ini imporan dari Korea. Katanya ini baju baju apa yaa
bondy.. bendy.. oh bandyboy Korea sekarang.” ( berusaha menarik perhatian
anaknya dengan menunjukkan barang belanjaannya untuk Deni.
Deni ( Yosef) : (melirik sebentar ke arah Mama dengan geleng- geleng kepala) “ Deni keluar dulu ma.” ( ucapnya ketus)
Mama ( Atria) :
“Mama lagi bicara kenapa dicuekin sih Deni. Ini anak kaaan ngertinya sopan
santun? ( mama sedikit kesal dengan nada marah). Mau keman malam- malam begini
Den?”
Deni (Yosef) :“Ini
urusan Deni yang sangat penting, jadi mama gak perlu tau.” (jawabnya ketus)
Mama pun duduk terdiam sambil geleng-geleng kepala dengan tingkah laku anaknya, Deni. Ia pun duduk terdiam dengan segudang barang belanjaannya itu.
Mama pun duduk terdiam sambil geleng-geleng kepala dengan tingkah laku anaknya, Deni. Ia pun duduk terdiam dengan segudang barang belanjaannya itu.
Ternyata
Deni pergi ke sebuah club malam, bersama Tigor .Tanpa sengaja bertemu dengan
papanya. Papanya sebenarnya tadi pagi mengatakan bahwa hari ini beliau akan
mengadakan kunjungan kerja ke Singapura. Ternyata, di club malam itu papanya terlihat menggandeng seorang wanita
muda yang lebih pantas dibilang sebagai anak papanya sendiri.Dan gadis itu
adalah pacarnya sendiri,Sally.
Tigor (Monang) :
“Deni, itu kan bapakmu. Siapa cewek yang di sampingnya itu?” (terlihat
mengamati gadis yang ada di samping papa Deni)
Deni (Yosef) :
“Hah? Papa? Ngapain papa di sini? Apa? Itu kan Sally” (matanya terbelalak
melihat ke arah papa dan sally).
Tigor (Monang) :
“Si Sally pacarmu itu kan (sambil mengucek – ngucek matanya seolah tak percaya)
Ternyata cewekmu itu hebat juga ya.”
Deni (Yosef) :
(memukul sikunya ke arah perut Tigor) “Sudahlah. Ayo kita pergi dari sini. Aku
muak liat mereka berdua.”
Deni
hanya bisa terdiam walaupun sebenarnya ia sangat marah. Ia tak mau membuat
keributan di club malam itu dengan pertengkarannya nanti dengan papanya.
Deni pun berjanji tidak akan memberitahukan hal ini pada mamanya.
Deni pun berjanji tidak akan memberitahukan hal ini pada mamanya.
Sekitar jam 1 malam, Deni pulang ke rumahnya.
Sesampainya di dalam rumah ternyata perkelahian hebat terjadi antara papanya
dan mamanya.
Papa ( Kevin) : “Kenapa sih kau selalu nyalahin aku..? Padahal kau lebih keterlaluan...” (dengan nada membentak)
Mama (Atria) : “Keterlaluan bagaimana maksudmu..?”
Papa (Kevin) : “Selalu pergi arisan, ngabisin uang belanja di mall. Buat apa itu semua..? Istri macam apa kau? Kerjamu harusnya mengurus anak-anak.”
Mama(Atria) : “Itu mama lakukan Cuma untuk mengisi waktu luang. Karena kau sendiri gak pernah ada waktu buat sama-sama..”
Papa (Kevin) : “Tapi aku kerja membanting tulang demi keluarga ini juga.”
Papa ( Kevin) : “Kenapa sih kau selalu nyalahin aku..? Padahal kau lebih keterlaluan...” (dengan nada membentak)
Mama (Atria) : “Keterlaluan bagaimana maksudmu..?”
Papa (Kevin) : “Selalu pergi arisan, ngabisin uang belanja di mall. Buat apa itu semua..? Istri macam apa kau? Kerjamu harusnya mengurus anak-anak.”
Mama(Atria) : “Itu mama lakukan Cuma untuk mengisi waktu luang. Karena kau sendiri gak pernah ada waktu buat sama-sama..”
Papa (Kevin) : “Tapi aku kerja membanting tulang demi keluarga ini juga.”
Mama (Atria) :
“Tapi ini udah keterlaluan. (jawabnya ketus)
Berlebihan.” “Pergi subuh pulang larut malam, kapan kau nyempatin waktu
buat aku dan anak-anak?” atau kerja Cuma alasan kamu aja. Jangan – jangan kamu
malah sibuk dengan daun mudamu di luar sana.
Papa (Kevin) : “Apa kamu bilang? ( hampir ingin menampar pipi mama) “Memangnya kau mau makan angin kalo aku gak kerja? Kau mau belanja pake apa? Pake daun?”
Deni (Yosef) : “Mama papa udah.. CUKUP,, aku udah capek dengar ini tiap hari. Rumah ini jadi kayak neraka aja. Pagi, siang, malam ribbuuut teruss...
Mama (Atria) : “Yosef , kamu belum tidur sayang ?” (dengan nada lembut).
Deni (Yosef) : “Gimana mau tidur kalau mama sama papa ribut terus..” (masuk ke kamar)
Mama (Atria) : “Ini semua salahmu..!” (menunjuk kasar ke arah papa)
Papa : “Kau jangan hanya nyalahin aku saja.Kau kan mamanya, waktu kamu lebih banyak untuk anak di rumah ini. Harusnya mengajari dia sopan santun. Ini malah keluyuran pergi ke sana.. ke sini lah... Mama macam apa itu.”
Yosef : “Mama papa STOP! Aku bosan.“Mama papa sadar dong.” “Kalian itu kayak anak-anak.” (membanting pintu).
Papa (Kevin) : “Apa kamu bilang? ( hampir ingin menampar pipi mama) “Memangnya kau mau makan angin kalo aku gak kerja? Kau mau belanja pake apa? Pake daun?”
Deni (Yosef) : “Mama papa udah.. CUKUP,, aku udah capek dengar ini tiap hari. Rumah ini jadi kayak neraka aja. Pagi, siang, malam ribbuuut teruss...
Mama (Atria) : “Yosef , kamu belum tidur sayang ?” (dengan nada lembut).
Deni (Yosef) : “Gimana mau tidur kalau mama sama papa ribut terus..” (masuk ke kamar)
Mama (Atria) : “Ini semua salahmu..!” (menunjuk kasar ke arah papa)
Papa : “Kau jangan hanya nyalahin aku saja.Kau kan mamanya, waktu kamu lebih banyak untuk anak di rumah ini. Harusnya mengajari dia sopan santun. Ini malah keluyuran pergi ke sana.. ke sini lah... Mama macam apa itu.”
Yosef : “Mama papa STOP! Aku bosan.“Mama papa sadar dong.” “Kalian itu kayak anak-anak.” (membanting pintu).
Di kamar Yosef menikmati kesendiriannya dengan memakai
barang Tigor. Pil itu ia habiskan untuk menghilangkan kepenatannya.
Keesokan harinya............
Di sekolah Yosef bertemu dengan Puspa, namun tidak seperti biasanya hari ini ia bersikap begitu dingin pada gadis itu karena kejadian semalam.
Puspa : “Morning Yosef... (tersenyum centil ke arah yosef) Udah sarapan kan? Nanti kita jalan ya hun...” (rengek Puspa)
Di sekolah Yosef bertemu dengan Puspa, namun tidak seperti biasanya hari ini ia bersikap begitu dingin pada gadis itu karena kejadian semalam.
Puspa : “Morning Yosef... (tersenyum centil ke arah yosef) Udah sarapan kan? Nanti kita jalan ya hun...” (rengek Puspa)
Deni (memandang sebentar ke arah Sally) dan pergi
meninggalkan puspa begitu saja dengan tatapan dingin.
Sally (Puspa) :
“Kau kenapa Den?? Kok cuek gitu sih sama aku?”
(berlari menghampiriDeni)
Deni (Yosef) : “Bukan urusan kamu”
Sally (Puspa) : “Tapi aku ini kan cewek kamu. Kamu marah ya sama aku? Aku salah apa?
Deni (Yosef) : “Salah kamu? (melotot tajam pada Sally) hhah..Ngaca dulu deh. Kamu itu kayak bola tau. Ckck..oper sana oper sini. Tadi malam kamu sama siapa? Sama om-om yang udah tua? Iya kan?”
Deni (Yosef) : “Bukan urusan kamu”
Sally (Puspa) : “Tapi aku ini kan cewek kamu. Kamu marah ya sama aku? Aku salah apa?
Deni (Yosef) : “Salah kamu? (melotot tajam pada Sally) hhah..Ngaca dulu deh. Kamu itu kayak bola tau. Ckck..oper sana oper sini. Tadi malam kamu sama siapa? Sama om-om yang udah tua? Iya kan?”
Sally (Puspa) :
“Nggak kok. Aku di rumah aja kok”
Deni (Yosef) :
“Gak usah bohong deh. Jangan buat aku makin benci kamu. Dan aku baru sadar kamu
itu gak pantas buat aku. Mulai hari ini kita PUTUS. (pergi berlalu begitu saja)
Sally ( Puspa) :
(Dengan sedikit merengek) “Deni dennn... Kamu kenapa?” (menarik pundak Deni)
Deni (Yosef) :
“Apalagi sih Sal... Aku kan udah bilang jangan pernah ganggu aku. Kita udah
putus. PUTUS.” (meyakinkan Sally dengan
nada yang tegas)
Sally (Puspa) :
“Tapi Den... mana janji kamu dulu?? Kamu bilang kamu sayang sama aku! Tapi mana
janji kamu dulu?? Mana den??”(pura – pura nangis)
Di saat jam istirahat. Nina menghampiri Deni yang sedang duduk di kursinya. Deni terlihat sedang memikirkan sesuatu dan saat itu ia sedang asyik bernyanyi.
Hoouuo..hoouohooh...
Kemana-
kemana... kemana...
Ku harus
mencari kemana...
Kekasih
tercinta selingkuh di sana...
Membuat aku
terlukaaaa.....
Nina : “Deni, kau dipanggil bu Rini di ruang guru. Kayaknya kau ada masalah berat sampai dipanggil gitu. (mengangkat kacamatanya yang sedikit kendur)”
Yosef : “Di rumah , di sekolah selalu masalah. Hidup ini penuh masalah.”
Sri : “Maaf, kalo boleh tau memangnya kau kenapa, Den?” (sedikit gemetaran karena takut)
Yosef : “Heh!! ( memanggil dengan nada cuek dan membentak) Menurutmu kekayaan itu udah menjamin orang bahagia gak sih?”
Nina (Sri) : “Menurutku i.. itu tergantung orang itu sendiri. Ada apa sih? (sambil agak mendekat pada Yosef)
Deni (Yosef) : ( melirik sebentar ke arah Nina)“Aku bosan hidup kaya dengan harta tapi miskin dengan ketenangan jiwa. Mama Papaku tak pernah peduli aku. Mereka semuanya sibuk.”
Nina (Sri) : “Kau jangan apatis gitu dong. Mama Papamu pasti berubah. Kau juga harus bantu mereka berubah dan yang lebih utama untuk mendapatkan ketenangan itu, kau juga harus merubah sikapmu.”
Deni (Yosef ) : (berdiri dan senyum sedikit) “Thanks ya culun eh maaf Nina maksudnya. Kok aku jadi curhat gini, sih? (tersenyum dan menepuk jidatnya) aku kan harus ke kantor guru.”
Nina : “Deni, kau dipanggil bu Rini di ruang guru. Kayaknya kau ada masalah berat sampai dipanggil gitu. (mengangkat kacamatanya yang sedikit kendur)”
Yosef : “Di rumah , di sekolah selalu masalah. Hidup ini penuh masalah.”
Sri : “Maaf, kalo boleh tau memangnya kau kenapa, Den?” (sedikit gemetaran karena takut)
Yosef : “Heh!! ( memanggil dengan nada cuek dan membentak) Menurutmu kekayaan itu udah menjamin orang bahagia gak sih?”
Nina (Sri) : “Menurutku i.. itu tergantung orang itu sendiri. Ada apa sih? (sambil agak mendekat pada Yosef)
Deni (Yosef) : ( melirik sebentar ke arah Nina)“Aku bosan hidup kaya dengan harta tapi miskin dengan ketenangan jiwa. Mama Papaku tak pernah peduli aku. Mereka semuanya sibuk.”
Nina (Sri) : “Kau jangan apatis gitu dong. Mama Papamu pasti berubah. Kau juga harus bantu mereka berubah dan yang lebih utama untuk mendapatkan ketenangan itu, kau juga harus merubah sikapmu.”
Deni (Yosef ) : (berdiri dan senyum sedikit) “Thanks ya culun eh maaf Nina maksudnya. Kok aku jadi curhat gini, sih? (tersenyum dan menepuk jidatnya) aku kan harus ke kantor guru.”
Nina ( Sri)
: (tersenyum) “sama-sama Deni. Ya udah kamu cepat temui ibu itu.”
Deni pun menemui Bu Rini di kantor guru.
Bu Rini (Tasbita) :
“Deni, kalo ibu perhatikan akhir-akhir ini tingkah lakumu semakin buruk. Nilai
kamu juga hancur semua. Lihat ini. (Sambil menunjukkan beberapa hasil ujian
Deni).Sebenarnya ada masalah apa, Nak?” Cerita aja sama ibu, mungkin ibu bisa
bantu.”
Deni (Yosef)
: Saya cuma malas saja bu. Di rumah orang tua saya tidak pernah memperhatikan
saya. Jadi saya hanya berusaha untuk mencari kesenangan saya sendiri bu.
Bu Rini (Tasbita) :
Aduuhh Deni.. Kamu kan tau, seberapa berat masalah itu harus dihadapi dengan
bijaksana, nak. Pergaulan bebas bukan cara terbaik untuk keluar dari masalah
itu.
Deni (Yosef) :
“Iya bu, saya tau itu salah. sekarang saya lagi berusaha menyadari kesalahan
saya dan memperbaikinya.”
Bu Rini (Tasbita) :
“Begini saja besok kamu panggil orang tuamu untuk datang menemui ibu. Ibu mau
bicara pada mereka berdua. Mungkin saja ini bisa memperbaiki keadaan
keluargamu, nak. Pokoknya kau rajin belajar dan tetap semangat.”
Deni (Yosef) :
“Baik bu, saya permisi dulu ya bu.” (segera meninggalkan ruang guru menuju
ruang kelasnya)
Keesokan
harinya Orang tua Deni pun datang menemui Bu Rini guru wali kelas Deni. Deni dan
kedua orang tuanya dipertemukan di ruang guru untuk sama- sama memecahkan
masalah yang mereka hadapi.
Papa (Kevin) :
“Maaf bu, kalo boleh tahu anak saya masalahnya apa ya bu? Kok kami sampai di
panggil bu?”
Bu Rini (Tasbita)
: “Begini Pak, Bu. Anak bapak, Deni ini nilainya makin menurun bu. Ia juga
makin nakal dan tidak konsentrasi belajar di kelas. Katanya ia malas di rumah
karena maaf, bapak sama ibu gak pernah memeprhatikannya.”
Papa (Kevin)
: “Dasar anak kurang ajar. Kurang apalagi kami samamu? Tiap hari uang berlebihan
untukmu. Apa itu masih kurang diperhatikan?”
Bu Rini (Tasbita)
: “Maaf Pak, Deni mungkin juga butuh
perhatian bapak sama ibu.”
Papa (Kevin) :
“Haallahh.... ini karena salah mamanya. Terlalu memanjakannnya. Dia yang tau
anak. Gak becus ngurusin anak.”
Mama (Atria)
: “Apa kau bilang? Bukannya kau juga gak pernah memperhatikan kami.
Kerja..kerja dan kerja. Jadi ini bukan salahku sepenuhnya.”
Papa (Kevin) :
“Saya itu kerja juga buat kalian. Kau yang harusnya mendidiknya dengan baik.
Kau itu kan seoran ibu rumaah tangga yang baik di keluarga ini.”
Mama (Atria) :
“Tapi, Deni juga butuh kasih sayangmu. Aku juga begini karena timgkahmu.”
Pertengkaran pun terjadi antara mama dan papanya Deni.
Deni (Yosef) :
“Sudah. Cukup. Mama dan papa udah buat aku malu. Dimana- mana selalu
bertengkar.”
Sesaat kemudian mama dan papa akhirnya berhenti untuk
bertengkar mulut. Dan...
Bu rini (Tasbita) :
“Sudah Pak, bu. Sebaiknya jangan saling menyalahkan. Bapak, Ibu sadar akan
kesalahan masing- masing saja. Maaf
kalau saya lancang, tapi sebaiknya Bapak harus mengatur waktu antara
kerja dan keluarga. Ibu juga sebaiknya mengurangi kegiatan ibu di luar yang
tidak terlalu penting sebaiknya, ibu meluangkan waktu di rumah. Dan kamu Deni,
kamu juga jadi anak yang baik, penurut, dan rajin belajar. Jangan mudah
terpengaruh terhadap dunia luar.”
Papa ( Kevin) :
“Iya bu. Mulai sekarang saya akan berusaha memperhatikan keluarga saya. Dan
saya akan berusaha membagi waktu kerja saya dengan waktu bersama keluarga saya.”
Mama ( Atria) :
“Dan saya juga berjanji akan jadi istri dan mama yang baik untuk Deni.”
Deni ( Kevin) :
“Saya juga bu... Akan memperbaiki sikap saya selama ini. Aku akan menjadi anak
yang baik buat mama dan papa.” ( memeluk mama dan papanya)
Bu rini (Tasbita) :
“Baiklah.. kalau begitu persoalannya sudah selesai. Semoga itu bukan hanya
sekedar janji ya. Saya senang kalau keaadaannya seperti ini.”
Suasana hangat pun tercipta dalam obrolan hangat itu.
Sesaat kemudian mereka meninggalkan ruang guru itu dengan hati senang dan
senyum bahagia.
Akhirnya sejak hari itu, keluarga tersebut berubah
menjadi harmonis. Dan bagaimana dengan nasib Tigor? Tigor akhrnya ditangkap polisi karena
kedoknya sebagai bandar narkoba telah terbongkar.
Sekilas beberapa waktu yang lalu...
Saat pulang sekolah Tigor masih setia menunggu Deni di depan gerbang
sekolah seperti biasanya. Dan saat Deni lewat dari hadapan Tigor, Tigor langsung menghampiri Deni.
Tigor (Monang) :
“Apa kabar Den? Ada barang bagus nih..” ( sambil memperlihatkan bungkusan shabu
dnn pil ekstasi) Kau mau kan? Udah nyampe nih.. (sambil menepuk punggung Deni
dan menyodorkan plastik kecil)
Deni (Yosef) :
“Sorry bro. Aku udah berubah. Udah tobat.” (mendorong tangan Monang yang
memegang plastik)
Tigor (Monang)
: “Hah? Anak zaman tobat? Jangan melawak kau Den...” (sambil tertawa)
Deni (Yosef) : “Pokonya aku gak mau lagi berurusan sama
barang haram itu. Kamu juga sebaiknya berhenti dari pekerjaan gila ini.”
Tigor (Monang) :
“Kesurupan setan apa kau Den... Halaaah gak usah sok ceramahin aku woii....”
Dan saat itu juga, Bu Rini mendekati mereka.
Bu Rini (Tasbita) :
”Sedang apa kalian?”(sambil memerhatikan Yosef dan Monang)
Deni tenang saja sambil memerhatikan tingkah Tigor
yang mulai resah.
Bu Rini (Tasbita) :
“Apa yang kamu pegang itu Tigor?
Tigor (Monang) :
“E..e.. ini.. (Tigor menjawab dengan tergagap dan menyembunyikannya di belakang
badannya).
Bu Rini (Tasbita) :
“Berikan pada Ibu plastik itu. Kenapa kau sembunyikan. Cepat Tigor.” (sambil
mengambil plastik kecil dari tangan Tigor)
Tigor hanya
pasrah karena dirinya sudah ketahuan oleh Bu Rini. Bu Rini pun membuka plastik
kecil itu dan melihat beberapa pil-pil yang mencurigakan yang ternyata
bungkusan narkoba.
Bu Rini (Tasbita) :
“Ibu rasa kamu harus berurusan dengan aparat kepolisian Tigor. Kau udah merusak
nama baik sekolah ini dan ini udah tindak kriminal besar.”
Beberapa
saat kemudian. Polisi datang ke sekolah itu karena pemberitahuan dari Bu Rini.
Dan Tigor pun ditangkap karena terduga sebagai bandar narkoba serta di keluarkan
dari sekolah itu. Sementara Deni pun direhabilitasi karena telah mencoba-coba
narkoba.
Kemudian orangtua Deni yang mengetahui tentang
tertangkapnya Deni, merekapun sadar bahwa selama ini sedikitnya perhatian yang
telah mereka curahkan kepada Deni. Dan kini keluarga itupun sudah berubah dan
bukan keluarga BROKEN HOME lagi.
Ayahnya pun sudah tidak pulang malam serta ibunya
tidak mengikuti arisan seperti biasanya. Sehingga mereka sering berkumpul
selayaknya keluarga harmonis.
TAMAT J
Nah, itulah
naskah drama yang saya buat. Mungkin jauh ya dari kata sempurna, tapi semoga
sobat sekalian suka ya.... Hahaha J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar