widgeo.net

Senin, 11 November 2013

Menulis Naskah Drama dan Contohnya



Menulis naskah drama ternyata begitu menyenangkan. Teman – teman sekalian tentunya pasti pernah melihat  drama di tv bukan? Nah, lalu sebenarnya gimana sih langkah – langkah menulis naskah drama?
Kali ini saya akan menjelaskan caranya buat teman – teman...
Dan saya juga buat contoh naskah drama dari hasil karangan kelompok  drama kami nih dengan judul BROKEN HOME, sutradaranya saya sendiri sebagai penulis juga hehehehe.



Langkah- langkah Menulis Naskah Drama
         
1. Tentukan ide cerita
          Ide cerita atau tema merupakan gambaran cerita secara umum. Pada dasarnya, ide cerita berupa sebuah konflik. Bukankah setiap cerita berisi konflik? Kalau tidak ada konflik, maka bisa dipastikan cerita itu akan membosankan. Ide cerita bisa didapatkan dari kehidupan sehari-hari, cerpen, novel, cerita rakyat, film, dan sebagainya. Misalnya, tentang pergaulan bebas yang terjadi pada remaja sekarang.

2. Membuat Sinopsis Cerita
Setelah teman – teman udah tau ide ceritanya,  tuangkan tema atau tuliskan ide cerita tersebut dalam sinopsis pendek. Sinopsis ini bertujuan untuk mengetahui jalannya cerita atau drama nantinya atau dengan kata lain sinopsis berisi gambaran umum dari ide cerita yang sudah didapat. Ceritakan peristiwa yang terjadi yang menjadi sumber cerita. Dari situ dapat diketahui, peristiwa apa saja yang terjadi.

3. Mulai menulis Naskah
Yupzz, semua sudah tersedia!  Setelah ide cerita lalu sinopsis maka teman- teman tinggal menuliskannya saja. Tuliskan saja apa yang terpikir pertama kali di kepala. Jangan khawatar salah.  Tuangkan apa yang ada dipikiran kamu. Cerita itu mungkin bisa saja menjadi menarik jika kamu menuangkan segala curahan pikiran kamu. Dan masih ada waktu untuk merevisi. Yang penting sekarang tuliskan saja berdasarkan sinopsis yang sudahdibuat.



4. Perbaiki naskah yang telah dibuat atau revisi naskah
Setelah selesai menulis, kini saatnya memperbaiki. Mulai dari ejaan, tanda baca, hingga masalah ide cerita. Mungkin saat merevisi drama yang telah dibuat ide lain yang lebih unik untuk membuat naskah menjadi lebih baik akan muncul. Cerita bisa berkembang dan berubah sesuai dengan berkembangnya pemahaman. Tidak masalah karya kita jelek, toh kita bisa menulis lagi yang baru dan lebih bagus..
Okaay J ini adalah Naskah Drama Kami dengan sutradara adalah Atria Utami, saya sendiri hahaha....
Ini adalah drama yang menceritakan realita keluarga orang kaya yang tak mampu hidup harmonis karena harta menjadi segala – galanya buat mereka. Dan bahasa yang saya gunakan pun seperti bahasa seharu- hari seperti gaya bahasa di kehidupan saya.... Selamat membaca ya guys J

BROKEN HOME
Atria Utami sebagai Mama
Musa Banjarnahor sebagai Papa
Puspasari Pasaribu sebagai Sally, (pacar Yosef dan sekaligus selingkuhan Papa)
Sri Sartika Silalahi sebagai  Nina,teman sekelas Yosef
Tasbita Arini sebagai Bu Rini (Guru Fisika sekaligus wali kelas)
Y.Y Hamonangan sebagai  Tigor, (teman Yosef sekaligus Bandar narkoba)
Yosef Zebua sebagai Deni.

Realita kehidupan sebuah keluarga konglomerat bergelimang harta yang di pandang masyarakat sebagai keluarga yang rukun dan harmonis. Namun, di sisi lain harta tidak menjadikan keluarga itu hidup rukun sperti keluarga lain. Seorang anak lelaki  bernama Deni, dari keluarga  konglomerat itu bahkan terjerat dalam pergaulan bebas akibat Mama dan Papanya yang tidak mau peduli dan jarang memperhatikannya. Sementara itu, mamanya selalu pergi arisan, shopping, ke salon, dan berkumpul bersama teman-temannya. Ayahnya juga hampir tak pernah punya waktu di rumah, selalu pulang larut malam karena pekerjaannya. Percekcokkan menjadi bumerang  dalam  jiawanya.


          Kehidupan pahit itu yang membuat Deni bosan tinggal rumah dan mencari kesenangan sehingga ia menjadi meraja lelah  dengan semakin dekatnya dia dengan temannya, Tigor yang sekaligus bandar narkoba.
Pagi hari sebelum kelas dimulai....
Sally  (Puspa)       : “Pagi....( menyapa yosef dengan senyum sumringah) Oh iya (menepuk jidatnya) Aduhh pr fisikaku belum siap. Kau udah siap  Den ? Bagi contekaan dong honey...”
Deni (Yosef)          : “PR?? aku mana pernah siap.” (menjawab sabil acuh tak acuh) “Udah.... tenang aja kan tinggal minta sama si Nina.” (mata dan tangannya sibuk pada poselnya)
Sally (Puspa)        : “Iya ya ngapain bingung. Selama ada si culun itu kita pasti amanlah...” (sambil mengikuti irama dari headset yang didengarnya)
Nina pun memasuki kelas dengan tampang lugunya sambil memperbaiki letak kacamatanya. Kemudian duduk ke kursinya.
Deni (Yosef)          : “Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga.”(sambil mengarahkan dagunya kearah kedatangan Nina)
Deni pun berjalan mendekat ke meja Nina yang lagi asyik membaca buku.
Deni (Yosef)           : “Heh Nina! (sambil memukul meja Nina) Pr Fisikamu mana? Udah siapkan? Sini aku mau liat” ( menengadahkan tangan ke arah Nina dengan tatapan sombongnya)
Nina (Sri)              : “Tapi...” (sedikit gemetaran dan takut).
Deni ( Yosef)         : “Apa??” (tatapan tajam dan melotot ke arah Nina). Udah gak usah banyak ngomong. Sini pr  mu.
Nina  yang ketakutan pun memberikan buku fisikanya kepada Deni.
Deni (Yosef)          : “Gitu dong...” (kemudian berlalu dari hadapan Nina)
Sally (Puspa)        : “Hhahaha rasain ! Dasar culun...culun “( tertawa mengejek ke arah Nina)
Beberapa saat kemudian bel sekolah pun berbunyi. Semua murid mulai duduk di kursinya masing-masing. Dan semua guru mulai memasuki kelas...
Bu Rini                 : “Pagi anak-anak..!”
Murid                              : “Pagi bu..!”
Bu Rini                 : “Tugas yang ibu kasih kemarin udah siap kan?”
Yosef                     : “Udah pasti bu! (menjawab dengan semangatnya)”
Bu Rini                 : “Kalau begitu, kumpulkanlah buku PR kalian.”
Semua murid pun mengumpulkan buku mereka kedepan. Kemudian, kembali ke meja mereka masing-masing.
Bu Rini                 : Nah, Yosef sekarang coba kau kerjakan soal nomor satu kedepan (sambil memberikan spidol pada Deni)
Deni (Yosef)          : “Sa..saya bu? Tapi...” (jawab Deni sambil terbata-bata)
Bu Rini (Tasbita)  : “Loh, kenapa? Bukannya kau tadi yang paling semangat menjawab ketika ibu tanya?.”
Deni (Yosef)          : “Bukan begitu bu. Saya... saya.. lupa caranya bu.” (Deni mulai kebingungan)
Siswa                    : “Huuuuu......” (mencibir dan tertawa ke arah Deni)
Semua siswa menertawakan Deni yang wajahnya merah karena malu.
Bu Rini (tasbita)   : “Alasanmu sajanya itu, Ibu tahu kau itu orangnya pemalas. Ayo maju ke depan. Nina bantu Deni mengerjakan soal nomor satu.” (menyuruh Sri untuk mengajari Deni)
Deni dan Nina pun maju kedepan. Dan Sally pun menatap mereka dengan sinis penuh rasa cemburu.
Sally (Puspa)          : “Nina..nina.. ninaa lagi. Kenapa harus dia bu?”
Bu Rini (Tasbita)    : “Kenapa Sally? Ya udah kau ajalah yang maju menggantikan Nina di depan itu.”
Sally (Puspa)                  : “Enggak bu.” (sambil menunduk malu
          Di depan kelas tampak  dan Sri sedang berdiskusi. Setelah selesai merekapun kembali duduk ke meja. Dan Bu Rini kembali melanjutkan pelajaran mereka. Setelah sampai beberapa menit kemudian bel sekolahpun berbunyi menandakan waktu istirahat.
Sally (Puspa)          : (mendekat ke arah meja Deni) “Den, ngapain tadi kamu sama si kutu buku itu? Udah gitu dekat kali lagi dah..”
Deni (Yosef)            : “Cuma ngerjain soal aja kok. Sudah-sudah...gak usah jelous..  Udah jelas- jelas kamu itu yang nomor satu di hati. Tenang aja” ( berusaha merayu Sally) “Si culun itu gak ada apa-apanya dibanding kamu kok. Udah lah... (berusaha meyakinkan Sally).
Sally (Puspa)          : (sambil memutarkan matanya) “Ya iyalah Sally gitu loh...                   ( tersenyum sinis)  Udah ah, aku lapar. Makan di kantin yok...”
Deni                       : “Oke honey, ayookk.”
Deni dan Sally pun berjalan keluar kelas.
          Haripun berlalu,  kini murid-murid SMA itu berpulangan ke rumah mereka masing-masing. Sedangkan Deni masih berdiri di depan gerbang menunggu seseorang yang bernama Tigor.
Deni (Yosef)            : “Eh, Tigor... nanti malam kita jalan ke club yaa man disko broo...Singpusing suntuk kali aku hari ini...”
Tigor (Monang)       : “Oke pokoknya kita pesta malam ini. Eh, aku ada barang bagus juga untukmu. Yang ini kau pasti suka. Galon eh galau mu itu ku jamin hilang kalo udah kau rasakan nih barang.”
Deni ( yosef)           : “Barang apa yang kau bilang sekarang? Gak ngerti aku..” (merasa bingung)
Tigor ( Monang)      : “Udah, tenang aja lah kau. Nih (sambil memberikan plastik kecil yang dipegangnya sedari tadi). Pokoknya kau bakalan fly man... Enjoy aja”(bergaya seperti orang sedang sakau)
Deni ( Yosef)           : “Bah. Ini kan....” (agak terkejut dan sedikit berteriak)
Tigor (Monang)       : “Husss... pelan-pelan kalo ngomong. Ketahuan, kita dead bro. Pokoknya kalo kurang hubungi aku aja. Sms.... sms. Tapi ingat ada ini (sambil bergaya menirukan hitungan lembaran uang) ada barang. Hepeng broo...”
Deni (Yosef)            : “Masalah uang bereslah itu.” (sambil mengerdipkan mata ke arah Tigor)
Tigor ( Monang)      : “Oke. Cabut dulu lah aku den. Selamat bersenang-senag lah kawan..”
Deni pun  segera pergi dengan jalan tergesa-gesa ke rumahnya. Sesampainya dirumah ia mendapati bibinya sedang membersih-bersihkan rumah.
Deni (Yosef)            : “Bi, mama sama papa mana bi..?”
Beberapa saat kemudian terdengar suara keributan di kamar orangtuanya.Deni pun langsung tahu bahwa orangtuanya sedang bertengkar.

Deni                       : (berkata dalam hati)” Ahh... lebih baik gak usah pulang... kalo pulang bikin ribut tambah pusing aja. Mending sekarang aku nge- fly aja...”( sambil mengeluarkan bungkus plastik kecil dari Tigor)
Sementara di kamar..
Mama (Atria)          : (sibuk berdandan) Halo?Iya, Eda. Sebentar lagi nyusul nih. Shopping dulu  tong kita da’. Mau nyuci mata dulu aku da’ sekalian beli yang baru.. ( sambil tertawa)Iyaa.. iya habis itu ke salon lah kita. Pokoknya have fun lah kita. Capek di rumah bikin stress.” (sambil bertelepon).
Sesaat kemudian, Mama pun keluar dan sedikit mengobrol denga Deni saat bertemu di ruang tamu.
Mama (Atria)          : “Udah pulang Den ? kalau mau makan bilang sama bibi aja ya.” Kalu butuh apa – apa minta sama bibi aja. Nih uang jajan buat mu.” (menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribu)
Deni (Yosef)            : “Mama mau ke mana ma’?”
Mama (Atria)          : “Ini urusan orang tua, jadi kau gak perlu tau?”
(Menuju ke luar,meninggalkan Deni)
Beberapa jam kemudian, mama pun pulang dengan seabrek-abrek belanjaan.
Malamnya Deni duduk di ruang tamu. Semntara papa dan mamanya belum pulang. Hingga beberapa saat kemudian, mamanya pulang dengan seabrekan barang belanjaan.

Mama                     : “Malam sayang, papa belum pulang ya..? (sambil duduk di samping Deni)”
Yosef                      : “Gak tau. (sambil mengangkat bahunya) Mama ini kan istrinya. Masak gak tau?
Mama                     : (Mengalihkan pembicaraan)”lihat nih . Mama baru aja beli baju baru. Cantikkan buat mama?” (sambil memperlihatkan gaun tersebut.”
Deni tidak sedikitpun memperhatikan mamanya dengan baju barunya.

Mama (Atria)          : “Oh iya (mengeluarkan sesuatu dari tas belanjaannya). Mama juga beli baju baru buat mu Deni. Nih, sepatu juga mama beli sayang. Ini merek paling bagus dan mahal. Kata penjualnya ini imporan dari Korea. Katanya ini baju baju apa yaa bondy.. bendy.. oh bandyboy Korea sekarang.” ( berusaha menarik perhatian anaknya dengan menunjukkan barang belanjaannya untuk Deni.

Deni ( Yosef)           : (melirik sebentar ke arah Mama  dengan geleng- geleng kepala)      “ Deni keluar dulu ma.” ( ucapnya ketus)
Mama ( Atria)         : “Mama lagi bicara kenapa dicuekin sih Deni. Ini anak kaaan ngertinya sopan santun? ( mama sedikit kesal dengan nada marah). Mau keman malam- malam begini Den?”
Deni (Yosef)            :“Ini urusan Deni yang sangat penting, jadi mama gak perlu tau.” (jawabnya ketus)
          Mama pun duduk terdiam sambil geleng-geleng kepala dengan tingkah laku anaknya, Deni. Ia pun duduk terdiam dengan segudang barang belanjaannya itu.
          Ternyata Deni pergi ke sebuah club malam, bersama Tigor .Tanpa sengaja bertemu dengan papanya. Papanya sebenarnya tadi pagi mengatakan bahwa hari ini beliau akan mengadakan kunjungan kerja ke Singapura. Ternyata, di club malam itu  papanya terlihat menggandeng seorang wanita muda yang lebih pantas dibilang sebagai anak papanya sendiri.Dan gadis itu adalah pacarnya sendiri,Sally.
Tigor (Monang)       : “Deni, itu kan bapakmu. Siapa cewek yang di sampingnya itu?” (terlihat mengamati gadis yang ada di samping papa Deni)
Deni (Yosef)            : “Hah? Papa? Ngapain papa di sini? Apa? Itu kan Sally” (matanya terbelalak melihat ke arah papa dan sally).
Tigor (Monang)       : “Si Sally pacarmu itu kan (sambil mengucek – ngucek matanya seolah tak percaya) Ternyata cewekmu itu hebat juga ya.”
Deni (Yosef)            : (memukul sikunya ke arah perut Tigor) “Sudahlah. Ayo kita pergi dari sini. Aku muak liat mereka berdua.”
          Deni hanya bisa terdiam walaupun sebenarnya ia sangat marah. Ia tak mau membuat keributan di club malam itu dengan pertengkarannya nanti dengan papanya.
Deni pun berjanji tidak akan memberitahukan hal ini pada mamanya.

Sekitar jam 1 malam, Deni pulang ke rumahnya. Sesampainya di dalam rumah ternyata perkelahian hebat terjadi antara papanya dan mamanya.

Papa ( Kevin)          : “Kenapa sih kau selalu nyalahin aku..? Padahal kau lebih keterlaluan...” (dengan nada membentak)
Mama (Atria)          : “Keterlaluan bagaimana maksudmu..?”
Papa (Kevin)           : “Selalu pergi arisan, ngabisin uang belanja di mall. Buat apa itu semua..? Istri macam apa kau? Kerjamu harusnya mengurus anak-anak.”
Mama(Atria)                   : “Itu mama lakukan Cuma untuk mengisi waktu luang. Karena kau sendiri gak pernah ada waktu buat sama-sama..”
Papa (Kevin)           : “Tapi aku kerja membanting tulang demi keluarga ini juga.”
Mama (Atria)          : “Tapi ini udah keterlaluan. (jawabnya ketus)  Berlebihan.” “Pergi subuh pulang larut malam, kapan kau nyempatin waktu buat aku dan anak-anak?” atau kerja Cuma alasan kamu aja. Jangan – jangan kamu malah sibuk dengan daun mudamu di luar sana.
Papa (Kevin)           : “Apa kamu bilang? ( hampir ingin menampar pipi mama) “Memangnya kau mau makan angin kalo aku gak kerja? Kau mau belanja pake apa? Pake daun?”
Deni (Yosef)            : “Mama papa udah.. CUKUP,, aku udah capek dengar ini  tiap hari. Rumah ini jadi kayak neraka aja. Pagi, siang, malam ribbuuut teruss...
Mama (Atria)          : “Yosef , kamu belum tidur sayang ?” (dengan nada lembut).
Deni (Yosef)            : “Gimana mau tidur kalau mama sama papa ribut terus..” (masuk ke kamar)
Mama (Atria)          : “Ini semua salahmu..!” (menunjuk kasar ke arah papa)
Papa                       : “Kau jangan hanya nyalahin aku saja.Kau  kan mamanya, waktu kamu lebih banyak untuk anak di rumah ini. Harusnya mengajari dia sopan santun. Ini malah keluyuran pergi ke sana.. ke sini lah... Mama macam apa itu.”
Yosef                      : “Mama papa STOP! Aku bosan.“Mama papa sadar dong.” “Kalian itu kayak anak-anak.” (membanting pintu).
Di kamar Yosef menikmati kesendiriannya dengan memakai barang Tigor. Pil itu ia habiskan untuk menghilangkan kepenatannya.
Keesokan harinya............
          Di sekolah Yosef bertemu dengan Puspa, namun tidak seperti biasanya hari ini ia bersikap begitu dingin pada gadis itu karena kejadian semalam.
Puspa                     : “Morning Yosef... (tersenyum centil ke arah yosef) Udah sarapan kan? Nanti kita jalan ya hun...”  (rengek  Puspa)
Deni (memandang sebentar ke arah Sally) dan pergi meninggalkan puspa begitu saja dengan tatapan dingin.
Sally (Puspa)          : “Kau kenapa Den?? Kok cuek gitu sih sama aku?”   (berlari    menghampiriDeni)
Deni (Yosef)            : “Bukan urusan kamu”
Sally (Puspa)          : “Tapi aku ini kan cewek kamu. Kamu marah ya sama aku? Aku salah apa?
Deni (Yosef)            : “Salah kamu? (melotot tajam pada Sally)  hhah..Ngaca dulu deh. Kamu itu kayak bola tau. Ckck..oper sana oper sini. Tadi malam kamu sama siapa? Sama om-om yang udah tua? Iya kan?”
Sally (Puspa)          : “Nggak kok. Aku di rumah aja kok”
Deni (Yosef)            : “Gak usah bohong deh. Jangan buat aku makin benci kamu. Dan aku baru sadar kamu itu gak pantas buat aku. Mulai hari ini kita PUTUS. (pergi berlalu begitu saja)
Sally ( Puspa)         : (Dengan sedikit merengek) “Deni dennn... Kamu kenapa?” (menarik pundak Deni)
Deni (Yosef)            : “Apalagi sih Sal... Aku kan udah bilang jangan pernah ganggu aku. Kita udah putus. PUTUS.”  (meyakinkan Sally dengan nada yang tegas)
Sally (Puspa)          : “Tapi Den... mana janji kamu dulu?? Kamu bilang kamu sayang sama aku! Tapi mana janji kamu dulu?? Mana den??”(pura – pura nangis)

Di saat jam istirahat. Nina menghampiri Deni yang sedang duduk di kursinya. Deni terlihat sedang memikirkan sesuatu dan saat itu ia sedang asyik bernyanyi.
Hoouuo..hoouohooh...
Kemana- kemana... kemana...
Ku harus mencari kemana...
Kekasih tercinta selingkuh di sana...
Membuat aku terlukaaaa.....

Nina                       : “Deni, kau dipanggil bu Rini di ruang guru. Kayaknya kau ada masalah berat sampai dipanggil gitu. (mengangkat kacamatanya yang sedikit kendur)”
Yosef                      : “Di rumah , di sekolah selalu masalah. Hidup ini penuh masalah.”
Sri                          : “Maaf, kalo boleh tau memangnya kau kenapa, Den?” (sedikit gemetaran karena takut)
Yosef                      : “Heh!! ( memanggil dengan nada cuek dan membentak) Menurutmu kekayaan itu udah menjamin orang bahagia gak sih?”
Nina (Sri)               : “Menurutku i.. itu tergantung orang itu sendiri. Ada apa sih? (sambil agak mendekat pada Yosef)
Deni (Yosef)            : ( melirik sebentar ke arah Nina)“Aku bosan hidup kaya dengan harta tapi miskin dengan ketenangan jiwa. Mama Papaku tak pernah peduli aku. Mereka semuanya sibuk.”
Nina (Sri)               : “Kau jangan apatis gitu dong. Mama Papamu pasti berubah. Kau juga harus bantu mereka berubah dan yang lebih utama untuk mendapatkan ketenangan itu, kau juga harus merubah sikapmu.”
Deni (Yosef )                   : (berdiri dan senyum sedikit) “Thanks ya culun eh maaf  Nina maksudnya. Kok aku jadi curhat gini, sih? (tersenyum dan  menepuk  jidatnya) aku kan harus ke kantor guru.”
Nina ( Sri)              : (tersenyum) “sama-sama Deni. Ya udah kamu cepat temui ibu itu.”


Deni pun menemui Bu Rini di kantor guru.
Bu Rini (Tasbita)    : “Deni, kalo ibu perhatikan akhir-akhir ini tingkah lakumu semakin buruk. Nilai kamu juga hancur semua. Lihat ini. (Sambil menunjukkan beberapa hasil ujian Deni).Sebenarnya ada masalah apa, Nak?” Cerita aja sama ibu, mungkin ibu bisa bantu.”
Deni (Yosef)            : Saya cuma malas saja bu. Di rumah orang tua saya tidak pernah memperhatikan saya. Jadi saya hanya berusaha untuk mencari kesenangan saya sendiri bu.
Bu Rini (Tasbita)    : Aduuhh Deni.. Kamu kan tau, seberapa berat masalah itu harus dihadapi dengan bijaksana, nak. Pergaulan bebas bukan cara terbaik untuk keluar dari masalah itu.
Deni (Yosef)            : “Iya bu, saya tau itu salah. sekarang saya lagi berusaha menyadari kesalahan saya dan memperbaikinya.”
Bu Rini (Tasbita)    : “Begini saja besok kamu panggil orang tuamu untuk datang menemui ibu. Ibu mau bicara pada mereka berdua. Mungkin saja ini bisa memperbaiki keadaan keluargamu, nak. Pokoknya kau rajin belajar dan tetap semangat.”
Deni (Yosef)            : “Baik bu, saya permisi dulu ya bu.” (segera meninggalkan ruang guru menuju ruang kelasnya)
          Keesokan harinya Orang tua Deni pun datang menemui Bu Rini guru wali kelas Deni. Deni dan kedua orang tuanya dipertemukan di ruang guru untuk sama- sama memecahkan masalah yang mereka hadapi.
Papa (Kevin)           : “Maaf bu, kalo boleh tahu anak saya masalahnya apa ya bu? Kok kami sampai di panggil bu?”
Bu Rini (Tasbita)    : “Begini Pak, Bu. Anak bapak, Deni ini nilainya makin menurun bu. Ia juga makin nakal dan tidak konsentrasi belajar di kelas. Katanya ia malas di rumah karena maaf, bapak sama ibu gak pernah memeprhatikannya.”
Papa (Kevin)           : “Dasar anak kurang ajar. Kurang apalagi kami samamu? Tiap hari uang berlebihan untukmu. Apa itu masih kurang diperhatikan?”
Bu Rini (Tasbita)    : “Maaf  Pak, Deni mungkin juga butuh perhatian bapak sama ibu.”
Papa (Kevin)           : “Haallahh.... ini karena salah mamanya. Terlalu memanjakannnya. Dia yang tau anak. Gak becus ngurusin anak.”
Mama (Atria)          : “Apa kau bilang? Bukannya kau juga gak pernah memperhatikan kami. Kerja..kerja dan kerja. Jadi ini bukan salahku sepenuhnya.”
Papa (Kevin)           : “Saya itu kerja juga buat kalian. Kau yang harusnya mendidiknya dengan baik. Kau itu kan seoran ibu rumaah tangga yang baik di keluarga ini.”
Mama (Atria)          : “Tapi, Deni juga butuh kasih sayangmu. Aku juga begini karena timgkahmu.”
Pertengkaran pun terjadi antara mama dan papanya Deni.
Deni (Yosef)            : “Sudah. Cukup. Mama dan papa udah buat aku malu. Dimana- mana selalu bertengkar.”
Sesaat kemudian mama dan papa akhirnya berhenti untuk bertengkar mulut. Dan...
Bu rini (Tasbita)     : “Sudah Pak, bu. Sebaiknya jangan saling menyalahkan. Bapak, Ibu sadar akan kesalahan masing- masing saja. Maaf  kalau saya lancang, tapi sebaiknya Bapak harus mengatur waktu antara kerja dan keluarga. Ibu juga sebaiknya mengurangi kegiatan ibu di luar yang tidak terlalu penting sebaiknya, ibu meluangkan waktu di rumah. Dan kamu Deni, kamu juga jadi anak yang baik, penurut, dan rajin belajar. Jangan mudah terpengaruh terhadap dunia luar.”
Papa ( Kevin)          : “Iya bu. Mulai sekarang saya akan berusaha memperhatikan keluarga saya. Dan saya akan berusaha membagi waktu kerja saya dengan waktu bersama keluarga saya.”
Mama ( Atria)         : “Dan saya juga berjanji akan jadi istri dan mama yang  baik untuk Deni.”
Deni ( Kevin)          : “Saya juga bu... Akan memperbaiki sikap saya selama ini. Aku akan menjadi anak yang baik buat mama dan papa.” ( memeluk mama dan papanya)
Bu rini (Tasbita)     : “Baiklah.. kalau begitu persoalannya sudah selesai. Semoga itu bukan hanya sekedar janji ya. Saya senang kalau keaadaannya seperti ini.”
Suasana hangat pun tercipta dalam obrolan hangat itu. Sesaat kemudian mereka meninggalkan ruang guru itu dengan hati senang dan senyum bahagia.
Akhirnya sejak hari itu, keluarga tersebut berubah menjadi harmonis. Dan bagaimana dengan nasib Tigor?  Tigor akhrnya ditangkap polisi karena kedoknya sebagai bandar narkoba telah terbongkar.
Sekilas beberapa waktu yang lalu...
Saat pulang sekolah Tigor  masih setia menunggu Deni di depan gerbang sekolah seperti biasanya. Dan saat Deni lewat dari hadapan Tigor, Tigor  langsung menghampiri Deni.
Tigor (Monang)       : “Apa kabar Den? Ada barang bagus nih..” ( sambil memperlihatkan bungkusan shabu dnn pil ekstasi) Kau mau kan? Udah nyampe nih.. (sambil menepuk punggung Deni dan menyodorkan plastik kecil)
Deni (Yosef)            : “Sorry bro. Aku udah berubah. Udah tobat.” (mendorong tangan Monang yang memegang plastik)
Tigor (Monang)       : “Hah? Anak zaman tobat? Jangan melawak kau Den...” (sambil tertawa)
Deni (Yosef)            :  “Pokonya aku gak mau lagi berurusan sama barang haram itu. Kamu juga sebaiknya berhenti dari pekerjaan gila ini.”
Tigor (Monang)       : “Kesurupan setan apa kau Den... Halaaah gak usah sok ceramahin aku  woii....”
Dan saat itu juga, Bu Rini mendekati mereka.
Bu Rini (Tasbita)    : ”Sedang apa kalian?”(sambil memerhatikan Yosef dan Monang)
Deni tenang saja sambil memerhatikan tingkah Tigor yang mulai resah.
Bu Rini (Tasbita)    : “Apa yang kamu pegang itu Tigor?
Tigor (Monang)       : “E..e.. ini.. (Tigor menjawab dengan tergagap dan menyembunyikannya di belakang badannya).
Bu Rini (Tasbita)    : “Berikan pada Ibu plastik itu. Kenapa kau sembunyikan. Cepat Tigor.” (sambil mengambil plastik kecil dari tangan Tigor)
Tigor  hanya pasrah karena dirinya sudah ketahuan oleh Bu Rini. Bu Rini pun membuka plastik kecil itu dan melihat beberapa pil-pil yang mencurigakan yang ternyata bungkusan narkoba.
Bu Rini (Tasbita)    : “Ibu rasa kamu harus berurusan dengan aparat kepolisian Tigor. Kau udah merusak nama baik sekolah ini dan ini udah tindak kriminal besar.”
          Beberapa saat kemudian. Polisi datang ke sekolah itu karena pemberitahuan dari Bu Rini. Dan Tigor pun ditangkap karena terduga sebagai bandar narkoba serta di keluarkan dari sekolah itu. Sementara  Deni  pun direhabilitasi karena telah mencoba-coba narkoba.
Kemudian orangtua Deni yang mengetahui tentang tertangkapnya Deni, merekapun sadar bahwa selama ini sedikitnya perhatian yang telah mereka curahkan kepada Deni. Dan kini keluarga itupun sudah berubah dan bukan keluarga BROKEN HOME lagi.
Ayahnya pun sudah tidak pulang malam serta ibunya tidak mengikuti arisan seperti biasanya. Sehingga mereka sering berkumpul selayaknya keluarga harmonis.
TAMAT J
 Nah, itulah naskah drama yang saya buat. Mungkin jauh ya dari kata sempurna, tapi semoga sobat sekalian suka ya.... Hahaha J








Tidak ada komentar:

Posting Komentar